Al Quran

Sabtu, 12 Februari 2011

Pohon dan Hewan Menyikapi Prilaku Manusia

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
Artinya:’’ Bertasbih kepada-Nya tujuh langit dan bumi dan siapa yang ada di sana, dan tidak ada sesuatu pun yang tidak bertasbih memuji-Nya, namun kamu tidak paham tasbih mereka, sesungguhnya Dia Maha Lembut dan Maha Pengampun.” (QS.Al-Israa’(17:44).
Q.S al-Shof (61:1) juga mengisarahkan, bahwa segala sesuatu yang ada langit dan bumi senantiasa bertasbih kepada-Nya. Q.S al-Jum’ah (62:1), menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada dibumi dan langit bertasbih. Bahkan, Nabi Saw pernah menuturkan bahwa orang yang sedang mencari ilmu (belajar) untuk kepentingan agama, maka Allah Saw memeintahkan kepada para Malaikat mendo’akan, bahkan ikan-ikan di dasar lautpun ikut serta mendoakan (H.R Abu Ya’la). Di dalam riwayat lain diterangkan, bahwa semua yang darat dan dilaut juga turut serta mendo’akan orang-orang yang sedang mendalami ilmu agama yang semata-mata karena Allah Swt.

Realitas yang terjadi sekarang ini, bahwa berkomunikasi dengan alam semesta seperti; pepohonan, tanaman, binatang, dan gunung batu hanya bisa dilakukan oleh Nabi Saw, serta utusan Allah lainya, seperti; Nabi Sulaiman yang berkomunikasi dengan semut (Q.S al-Naml (27:16) yang artinya:’’ Hai manusia, kami Telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Di dalam ayat berikutnya, Nabi Sulaiman as mendengar pimpinan semut berkata:’’ Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari (Q.S al-Naml (27:18). Mendengar pimpinan Semut berkata demikian, Nabi Sulaiman tertawa.
Memang interaksi yang peristiwa ini seringkali disebut dengan mu’jizat yang hanya terjadi pada para Nabi dan utusan-Nya. Sebenarnya, orang-orang tertentu yang sholih, tekun beribadah juga mampu menangkap keluhan-keluhan alam sekitarnya. Wajar, sekali jika ada orang-orang tertentu mampu mendeteksi alam sekitarnya. Seperti Isarat merapi mau meletus, bajir, lahar, gempa bumi, serta kejadian Ghoib lainya. Jika, orang-orang biasa mampu menembus kekuatan metafisik, maka kekuatan itu disebut dengan’’ Maunah’’ (pertolongan dari Allah Swt). Jika, itu dimiliki oleh kekasih-Nya (waliyullah), maka hal itu disebut dengan’’ Karomah’’. Sedangkan, jika kemampun itu dimiliki oleh orang-orang yang menyekutukan tuhan, disebut dengan’’ Istidroj’’.
Di dalam perkembangan ilmu pengetahun dan tehnologi yang begitu canggih. Rasanya pembatasan itu tidak mutlak dan bisa dilonggarkan. Kemampuan itu juga fahami oleh orang biasa, dengan menggunakan alat-alat tehnologi (wasilah). Sebab, eksistensi (ayat-ayat al-Qur’an dan hadis harus tetap menjadi inspirasi bagi hidup manusia sekarang dan yang akan datang. Peristiwa-peristiwa aneh yang disebut mukjizat, dan berfungsi untuk meyakinkan para penentang tuhan.
Tetapi bagi umat yang hidup di era tehnologi modern dan canggih ini. Peristiwa-peristiwa ganjil itu harus menjadi sebuah isyarat ilmiyah yang perlu diteliti lebih lanjut. Dengan tujuan, untuk memperkokoh iman, serta menjadi bukti kebenaran al-Qur’an dan hadis sebagai kitab suci. Jika merujuk pada kisah dialog Nabi Ibrahim as dengan Allah Swt, sebagaimana penjelasan Q.S al-Baqarah (2:260) yang artinya:’’ Dan (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: ‘’Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.’’ Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu ?’’ Ibrahim menjawab: “Aku Telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman):’’Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, Kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.’’ dan Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Apa yang disampaikan Nabi Ibrahim merupakan isarat ilmiyah. Bahwasanya mengetahui sesuatu yang aneh yang tidak lazim dengan tujuan agar supaya hati bertambah tenang, diperbolehkan.Jika digaris bawahi, dialog antara Nabi Ibrahim dengan Allah Swt, juga sebagai isarah ilmiyah akan pentingnya sebuah penelitian eksperimental. Setelah memperoleh bukti ilmiah, semakin tenang di dalam mengabdikan diri kepada Allah Swt. Bagi para peneliti dan ilmuan, isarah al-Qur’an dan hadis itu menjadi ispirasi untuk lebih mengeksploitasi kemampuan intelektualnya. Dengan catatan, tidak bertengtangan dengan ajaran tauhid.
Di dalam sebuah literatur hadis, Nabi Saw pernah di salami (disambut) oleh tumbuh-tumbuhan dan bebatuan saat beliau masih hidup. Bahkan, beliau juga pernah berbicara dengan pohon kurma yang menjadi sandaran Nabi Saw. Nabi juga mendengar bahwa pohon itu menangis, karena tidak dipakai lagi oleh Nabi Saw. Selanjutnya, sunggai Niil yang pernah kekeringan juga mampu menerima pesan tertulis Umar Ibn al-Khattab. Ketika Amr Ibn al-Assh melontarkan surat tersebut ke sunggai. Tidak lama kemudian, sungai Niil kembali seperti semula. Surat yang ditulis oleh jari-jemari Umar Ibn al-Khattab mampu mengerakkan air sungai kembali sempurna. Ini menandakan, bahwa Air itu juga hidup, sebagaimana manusia manusia.
Ternyata, dalam dunia modern dibuktikan bahwa alam semesta, seperti; pepohonan, rerumputan, hewan, gunung, lautan, serta mahluk hidup yang ada disekitar kita. Oleh karena itu, Allah Swt menjelaskan di dalam al-Qur’an bahwa benda-benda-benda itu senantiasa bertasbih (mensucikan) Allah Swt. Seorang ilmuan yang bernama Cleve Backster menemukan sebuah terori baru bahwa tumbuhan tidak lagi dianggab sebagai mahluk buta, bisu, tuli, dan tumbuhan, dan bahkan seperti manusia yang memiliki kemampuan berfikir seperti manusia (The Epoch Times, 25-01/12/2010 (Edisi, 175).
Di dalam ilmu pengetahuan, telah muncul sebuah ilmu baru: Ilmu Psiologi Tumbuhan. Pada tahun 1973, telah terbit sebuah buku yang berjudul ‘’ The Secret Life Of Plants’’ karya Peter Tompkis dan Christopher O.Bird. Buku ini mengulas tuntas tengtang reaksi tumbuhan terhadap bahasa, pikiran, dan bahkan do’a. Jika Ilmuan jepang yang bernama’’Massaro Emoto, menjelaskan seputar rahasia Air. Maka, baik tumbuhan atau air termasuk mahluk Allah Swt yang memiliki kepekaan terhadap alam sekitarnya. Termasuk terhadap prilaku manusia.
Di dalam sebuh informasi dikatakan bahwa Dr. Zajir Abdul Karim, seorang ilmuan India. Ketika beliau sedang berceramah di Pusat Riset King Fahd Hospital di Jeddah menyebutkan tentang penemuan sains modern bahwa semua tumbuhan bisa merasakan sakit. Tumbuh-tumbuhan bisa merasa bahagia, sedih, dan bisa menjerit kesakitan. Masya Allah… Telinga manusia tidak dapat mendengarnya karena frekuensi jeritan yang berbeda. Suatu percobaan di labolatorium menghubungkan tanaman dengan elektroda, untuk meneliti apakah tumbuh-tumbuhan yang dicincang bisa “mengenali” orang yang mencincangnya. Lonjakan grafik terjadi di monitor ketika orang yang mencincangnya masuk ke ruangan. Ini membuktikan tentang hal itu. Konon, tanaman yang dirawat dengan kasih sayang sambil diajak bercakap-cakap, bisa tumbuh lebih sehat dan subur.
Sseorang ulama’ besar Indonesia yang lebih akrab disapa dengan ‘’Mbah Hamid’’ (K.H Abdul Hamid- Pasuruan). Di dalam sebuah biografinya diceritakan, pada masa hidupnya, di depan Musolla terdapat sebuah pohon klengkeng. Karena dahan dan ranting begitu lebat, maka para santrinya merampingkan dahan dan ranting tersebut, dengan cara mengikatnya. Melihat santri-santri akan mengikat. Sang Kyai Hamid melarangnya, dengan alasan bahwa pohon itu juga mahluk-Nya, yang ingin hidup seperti manusia pada umumnya.
Di dalam sebuah kisah Nabi Saw diceritakan. Jabal Uhud, salah gunung terbesar di Madinah. Di dalam sebuah riwayat bahwa Rasulullah Saw memanggil sebuah pohon, lalu pohon itu menghampiri. Ketika Rasulullah Saw bersama Abu Bakar dan Umar berjalan di lereng gunung, terjadi gempa kecil, beliau berbicara kepada gunung, “Wahai gunung, diamlah, di atasmu ada utusan Allah dan dua manusia utama.” Gempa itu pun berhenti. Pada waktu Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, untuk menentukan lokasi mesjid Nabawi, beliau menyerahkan kepada untanya yang bernama Qaswah, “Ikuti saja untaku, di mana dia berhenti dan mendekam, di sana mesjid harus dibangun, karena untaku dibimbing Allah.”
Sebenarnya, larangan Nabi Saw agar tidak memotong tumbuh-tumbuhan selama ihram. Atau memotong pepohonan (tumbuh-tumbuhan) di Makkah dan di Madinah, sebenarnya memiliki alasan yang logis. Sebab, pohon-pohon tersebut senantiasa bertasbih kepada Allah Swt. Dan, pohon-pohon itu juga merasa sakit, jika dipotong atau ditebang. Lagian, larangan memotong pohon-pohonan, memindah batu-batuan, dan berburu di tanah haram, seharusnya menimbulkan renungan inspirasi bagi ilmu ekologi. Firman Allah SWT di atas telah membuktikannya. Dalam Al-Qur’an dan hadits masih banyak terdapat keterangan yang menjelaskan tentang sujud dan tasbihnya gunung, ikan, dan rumput.
Apa yang diberitakan al-Qur’an lewat kita suci-Nya, serta hadis Nabi Saw, merupakan isarah ilmiyah, agar para ilmuan muslim senantiasa mendalami, meneleti. Dan, jadikan inpirasi-inspirasi al-Qur’an dan hadis sebagai dasar utama untuk mendorong sarjana dan ilmuan muslim berpacu lebih aktif meneliti komunitas antar manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan batu-batuan.
Selanjutnya, jika manusia selalu menebang pohon dihutan, karena ke-serakahan, mengotori sunggai dengan limbah, mengesploitasi bumi, laut dan udara karena kepentingan nafsu. Ini merupakan perbuatan criminal. Pohon, tumbuhan, gunung, lautan, serta bumi tidak bisa mengatakan bahwa dirinya tersakiti. Tetapi, realitas bencana, seperti; tsunami, letusan gunung (demontrasi), banjir, lahar dingin dan panas, angin putting beliung, serta banyak lagi jenis. Merupakan isarat, bahwa semuanya merasakan sakit, menjerit, tetapi manusia berlagak tulis. Karena hatinya telah tertutup dengan keserakahan dan nafsu angkara murka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar